Lembaga Kursus Meningkatkan Kewirausahaan

Bandung --- Melihat tingginya angka pengangguran di Indonesia yang mencapai 1, 3 juta jiwa, Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal, menyarankan agar masyarakat segera memanfaatkan ruang-ruang pendidikan keterampilan informal atau lembaga kursus di sekitar mereka. Selain dinilai mampu meningkatkan jiwa kewirausahaan, lembaga kursus pun dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja dan memiliki keterampilan.
"Sekitar 300 hingga 400 ribu setiap tahunnya lapangan kerja menyerap lulusan-lulusan terbaik dari lembaga kursus," ucap Wamendiknas, pada acara pembukaan pemeran nasional kursus yang bertajuk "Nganggur, Makanya Kursus, Melalui Kursus dan Pelatihan Kita Tingkatkan Kewirausahaan Masyarakat" di Metro Trade Mall, Bandung, Kamis ( 28/10 ).
Pada acara yang yang berlangsung selama dua hari tersebut selain Wamendiknas, turut hadir Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Wahyudin Zarkasyi, Direktur Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal Hamid Muhammad, serta Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan Wartanto.
Acara yang digelar tahunan ini, memiliki tujuan untuk membangkitkan semangat kewirausahaan masyarakat, hal ini diungkapkan Hamid Muhammad dalam laporan pembukaannya, " Tema pameran kali ini sejalan dengan tujuan Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan semangat kewirausahaan," ucapnya sembari berharap lembaga kursus dapat menjadi kunci penting untuk membuka lapangan kerja di Indonesia.
Sejalan dengan tujuan Kemdiknas, Ahmad Heryawan mengungkapkan bahwa pemerintahannya telah menyiapkan Rp7 miliar guna memaksimalkan peran lembaga kursus dan pelatihan. Jumlah lembaga kursus dan pelatihan di Jawa Barat sekitar 14,7% persen dari total jumlah yang ada secara nasional.
Besarnya persentase tersebut memiliki kontribusi yang besar terhadap angkatan kerja di Jawa Barat. Jawa Barat berhasil membuka satu juta lapangan kerja dalam waktu lebih dari dua tahun masa kepemimpinannya.
Wamendiknas sendiri pada pidato pembukaannya, mengungkapkan bahwa dinamika lapangan kerja tidak lagi melihat banyaknya ijazah yang disandang seseorang, tetapi lebih pada nilai kompetensi yang dimiliki setiap individu. " Ijazah yang ada tidak berarti tanpa kompetensi yang memadai, dan lembaga kursus dalam pembelajarannya selalu memberikan keterampilan dan kompetensi pada setiap lulusannya ". Melihat hal itu, maka dipandang perlu agar setiap lembaga kursus secara dini melakukan dinamika perubahan, mengingat dunia kerja yang terus berubah, dan pasar yang selalu berkembang.
Kemdiknas dalam upaya meningkatkan semangat kewirausahaan telah mengeluarkan program kewirausahaan mahasiswa. Setiap mahasiswa yang telah lolos dalam mengajukan proposal usahanya, akan difasilitasi dana Rp8 juta per mahasiswa. Manfaat yang nantinya didapat oleh para mahasiswa dalam melaksanakan program tersebut, selain tumbuhnya semangat kewirausahaan adalah semakin terbukanya akses mahasiswa nantinya, untuk mendapatkan kredit usaha rakyat ( KUR ). " Salah satu syarat mendapatkan KUR adalah pengalaman usaha selama dua tahun, dan ini telah didapatkan oleh para mahasiswa yang mengikuti dan mendapatkan program tersebut," ujarnya.
Upaya lainnya untuk meningkatkan kompetensi pendidikan keterampilan selain melalui pendidikan informal atau lembaga kursus adalah dengan melakukan penyegaran di Sekolah Menengah Kejuruan dan Politeknik. Khusus Politeknik, disebutkan pula oleh Wamendiknas, bahwa kini dosen-dosen politeknik tengah menjalani simulasi unit kerja.
Program simulasi unit kerja ini, membawa para dosen politeknik melihat kembali suasana dan permasalahan di dunia kerja. Dengan program ini diharapkan dosen mampu untuk membawa relevansi kurikulum dengan dunia kerja di ruang-ruang kelas dan dalam praktek pembelajaran.